Seringkali kita melihat ada rekan-rekan yang bisa berkembang
besar di DBS, sementara lainnya gagal di DBS yang sama (ataupun yang
lain). Mengapa? Ada
beberapa point yang ingin saya bagikan : Untuk bisa berhasil dan mencapai
sukses, diperlukan suatu kepribadian tertentu untuk mencapainya. Tanpa
kepribadian ini, mustahil untuk bisa sukses.
Proses belajar di DBS termasuk “pengembangan kepribadian”,
yang memberikan anda kepribadian yang diperlukan untuk berhasil. Mengapa
seorang distributor yang latar belakangnya biasa-biasa saja, bahkan dari
kalangan menengah ke bawah, bisa cepat berhasil, sementara distributor lain
perlu waktu jauh lebih lama, atau bahkan ada distributor yang gagal?
Jawabannya sederhana: distributor yang cepat berhasil tentu
saja lebih cepat membentuk kepribadiannya sendiri sesuai dengan persyaratan
yang diperlukan untuk berhasil. Yang lebih lambat suksesnya (pencapaian
peringkat dan pendapatan tertentu) melakukan pembentukan ini dalam jangka waktu
yang lebih panjang. Distributor yang gagal tidak belajar sama sekali. Tapi satu
hal yang pasti: tidak ada distributor yang pasif bisa berhasil dalam waktu
singkat. Itu sebabnya program pelatihan menjadi nyawa dari Sistem DBS. Tanpa
support system, mustahil DBS bisa bertahan lama. Dan saya tidak pernah
percaya pada distributor yang hanya mau kerja tanpa belajar, tapi minta peringkat
dan pendapatan tinggi.
Tidak pernah ada distributor yang gagal di DBS. Sekaligus
saya meralat istilah “gagal” yang saya gunakan di atas. Sengaja saya cantumkan
istilah tersebut untuk persamaan istilah antara saya dan anda, dan saya
luruskan di sini. Tidak ada distributor yang gagal. Yang ada adalah distributor
yang berhenti sebelum mencapai keberhasilan. Seringkali distributor berhenti
(dan dia mengaku gagal) justru setelah: mencapai peringkat tertentu (biasanya
tidak terlalu tinggi, tetapi sudah naik peringkat), mencapai tingkat penjualan
atau pendapatan tertentu, atau malas (biasanya terpengaruh lingkungannya).
Selama seorang distributor mau terus berjuang, jaringan yang
jatuh bangun adalah hal yang lumrah, dan dia selalu punya kesempatan untuk berhasil.
Tergantung kapan dia berhasil membentuk pribadinya sesuai dengan yang
diperlukan.
Tingkat kegagalan distributor aktif (sekali lagi saya
ulangi: distributor aktif, bukan distributor yang sekedar bergabung) amat
sangat rendah sekali dibandingkan dengan bidang lain apa pun di dunia ini.
Sekali lagi, tidak pernah ada kata gagal. Bila terus berjuang pasti berhasil.
Distributor aktif yang “gagal” sebenarnya hanya menyerah
sebelum menang, dan seringkali kemenangan sudah ada di depan mata, tetapi dia
tidak sadar. Saya berikan beberapa contoh statistik tanpa angka persen (karena
tidak saya hitung).
Satu, Sebagian besar (mayoritas) hanya bergabung tanpa mau
menekuni bisnisnya
Mereka terbagi dalam 2 kategori, yaitu yang tidak pernah
mencoba produk atau sekalipun ikut training dan yang pernah mencoba menawarkan
tanpa prosedur, ditolak dan lalu menyerah.
Dua, Sebagian kecil menjalankan bisnisnya, walaupun hanya
beberapa saat
* Ada
yang tidak banyak (bahkan nihil) dalam mengikuti training/seminar.
Ujung-ujungnya pasti good-bye.
* Ada
yang sempat menjalankan, tetapi tidak yakin bahwa DBS adalah sebuah bisnis.
Bisnis DBS-nya ditinggal karena takut mengganggu pekerjaannya sebagai pegawai
walaupun bonus yang diterima sudah lebih besar daripada gajinya.
* Ada
yang tidak merasa bahwa ini adalah bisnisnya sendiri, bukan bisnis upline-nya.
Mereka keluar setelah berselisih paham dengan upline atau biasanya (yang paling
dibenci upline) adalah melemparkan tanggung jawab atas jaringannya sendiri
kepada upline-nya. Ingatlah: toko boleh benci supplier-nya, tapi bisnis jalan
terus!
* Ada
yang sempat menawarkan ke beberapa orang (kurang dari 10 orang), banyak
gagalnya (bahkan semuanya), langsung menilai bahwa bisnis DBS-nya jelek.
* Sebagian lainnya berhasil memiliki pendapatan jutaan
rupiah per bulan, di atas rata-rata gaji pegawai. Bahkan banyak yang dalam
hitungan puluhan bahkan ratusan juta per bulan.
Kita bandingkan dengan data dunia yang paling umum, yaitu
data pegawai :
1. Hanya ada 1 orang manager yang memimpin sekelompok
pegawai. Sebelum manager ini keluar, dipecat atau meninggal, bawahannya tidak
bisa menggantikannya. Inilah sistem piramid perusahaan yang diterima semua
orang. (DBS yang bukan piramid malah dianggap piramid. Anda bisa naik peringkat
menyamai atau bahkan melebihi upline anda.)
2. Lebih dari 90% pegawai tidak pernah merasakan naik
pangkat. Lebih dari 80% distributor aktif di DBS sudah pernah
naik peringkat.
3. Yang pernah naik pangkat, lebih dari 95% tidak pernah
merasakan jabatan direktur.
4. Lebih dari 95% pegawai tidak pernah merasakan penghasilan
di atas Rp.10 juta per bulan. Di DBS, angka ini lebih dari 80% distributor
aktif Merasakan.
5. Sebuah perusahaan bisa memiliki puluhan ribu pegawai,
tetapi hanya bisa memiliki 1 orang CEO (Chief Executive Officer). Di DBS,
jumlah peringkat setara Bronze Enterpreneur (atau istilah sejenis) bisa tak
terbatas jumlahnya.
6. Seorang CEO terpontang-panting bekerja memenuhi beban
kerja yang luar biasa, tidak bisa merasakan hidup enak bersama keluarga
(waktunya full untuk perusahaan). Di DBS Seorang Gold Enterpreneur hidup tenang
bersama keluarga tanpa beban, pendapatan tetap diterima makin banyak walaupun
tidak bekerja.
Bila dibandingkan dengan dunia bisnis konvensional:
1. Hukum Marketing : hanya ada 3 merk teratas yang terus
diingat orang. Contoh: untuk mie instan, yang diingat biasanya adalah Supermie,
Indomie dan Sarimi. Untuk handphone: Nokia, Ericsson, Motorola. Softdrink cola:
Coca-cola, Pepsi Cola, RC Cola. Di DBS, selama anda aktif, nama anda akan terus
diingat rekan kerja anda (bahkan crossline sekalipun). Peringkat Bronze
qualified ke atas bahkan hampir tidak pernah dilupakan.
2. Lebih dari 90% toko tidak pernah berkembang. Di DBS,
minimal 50% distributor aktif sudah mencapai peringkat setara Manager atau
lebih
Bisa kita lihat, bahwa bisnis DBS tetap masih lebih mudah
untuk dijalankan bila mengikuti sistem yang diberikan, dan jangan pernah
meragukan potensi bisnis DBS