Support System Marketing Online

PRESIDEN SBY MEMBERIKAN UCAPAN TERIMA KASIH & SELAMAT KEPADA BP FEBRIAN

PRESIDEN SBY MEMBERIKAN UCAPAN TERIMA KASIH & SELAMAT KEPADA BP FEBRIAN
Presiden Direktur PT DFI dalam acara peluncuran Wakaf Uang Nasional, Jumat, 8 Januari 2010 di Istana Kepresidenan Jakarta. Bp Febrian memberikan bantuan berupa wakaf untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat, sosial & pendidikan. Semoga bermanfaat & maju terus DFI, DBS & Asuransi Syariah DFI dalam membangun bangsa.

GAGAL DAN BERHASIL MENJALANKAN BISNIS DBS


Seringkali kita melihat ada rekan-rekan yang bisa berkembang besar di DBS, sementara lainnya gagal di DBS yang sama (ataupun yang lain). Mengapa? Ada beberapa point yang ingin saya bagikan : Untuk bisa berhasil dan mencapai sukses, diperlukan suatu kepribadian tertentu untuk mencapainya. Tanpa kepribadian ini, mustahil untuk bisa sukses.

Proses belajar di DBS termasuk “pengembangan kepribadian”, yang memberikan anda kepribadian yang diperlukan untuk berhasil. Mengapa seorang distributor yang latar belakangnya biasa-biasa saja, bahkan dari kalangan menengah ke bawah, bisa cepat berhasil, sementara distributor lain perlu waktu jauh lebih lama, atau bahkan ada distributor yang gagal?

Jawabannya sederhana: distributor yang cepat berhasil tentu saja lebih cepat membentuk kepribadiannya sendiri sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk berhasil. Yang lebih lambat suksesnya (pencapaian peringkat dan pendapatan tertentu) melakukan pembentukan ini dalam jangka waktu yang lebih panjang. Distributor yang gagal tidak belajar sama sekali. Tapi satu hal yang pasti: tidak ada distributor yang pasif bisa berhasil dalam waktu singkat. Itu sebabnya program pelatihan menjadi nyawa dari Sistem DBS. Tanpa support system, mustahil DBS bisa bertahan lama. Dan saya tidak pernah percaya pada distributor yang hanya mau kerja tanpa belajar, tapi minta peringkat dan pendapatan tinggi.

Tidak pernah ada distributor yang gagal di DBS. Sekaligus saya meralat istilah “gagal” yang saya gunakan di atas. Sengaja saya cantumkan istilah tersebut untuk persamaan istilah antara saya dan anda, dan saya luruskan di sini. Tidak ada distributor yang gagal. Yang ada adalah distributor yang berhenti sebelum mencapai keberhasilan. Seringkali distributor berhenti (dan dia mengaku gagal) justru setelah: mencapai peringkat tertentu (biasanya tidak terlalu tinggi, tetapi sudah naik peringkat), mencapai tingkat penjualan atau pendapatan tertentu, atau malas (biasanya terpengaruh lingkungannya).

Selama seorang distributor mau terus berjuang, jaringan yang jatuh bangun adalah hal yang lumrah, dan dia selalu punya kesempatan untuk berhasil. Tergantung kapan dia berhasil membentuk pribadinya sesuai dengan yang diperlukan.

Tingkat kegagalan distributor aktif (sekali lagi saya ulangi: distributor aktif, bukan distributor yang sekedar bergabung) amat sangat rendah sekali dibandingkan dengan bidang lain apa pun di dunia ini. Sekali lagi, tidak pernah ada kata gagal. Bila terus berjuang pasti berhasil.

Distributor aktif yang “gagal” sebenarnya hanya menyerah sebelum menang, dan seringkali kemenangan sudah ada di depan mata, tetapi dia tidak sadar. Saya berikan beberapa contoh statistik tanpa angka persen (karena tidak saya hitung).

Satu, Sebagian besar (mayoritas) hanya bergabung tanpa mau menekuni bisnisnya
Mereka terbagi dalam 2 kategori, yaitu yang tidak pernah mencoba produk atau sekalipun ikut training dan yang pernah mencoba menawarkan tanpa prosedur, ditolak dan lalu menyerah.

Dua, Sebagian kecil menjalankan bisnisnya, walaupun hanya beberapa saat
* Ada yang tidak banyak (bahkan nihil) dalam mengikuti training/seminar. Ujung-ujungnya pasti good-bye.

* Ada yang sempat menjalankan, tetapi tidak yakin bahwa DBS adalah sebuah bisnis. Bisnis DBS-nya ditinggal karena takut mengganggu pekerjaannya sebagai pegawai walaupun bonus yang diterima sudah lebih besar daripada gajinya.

* Ada yang tidak merasa bahwa ini adalah bisnisnya sendiri, bukan bisnis upline-nya. Mereka keluar setelah berselisih paham dengan upline atau biasanya (yang paling dibenci upline) adalah melemparkan tanggung jawab atas jaringannya sendiri kepada upline-nya. Ingatlah: toko boleh benci supplier-nya, tapi bisnis jalan terus!

* Ada yang sempat menawarkan ke beberapa orang (kurang dari 10 orang), banyak gagalnya (bahkan semuanya), langsung menilai bahwa bisnis DBS-nya jelek.

* Sebagian lainnya berhasil memiliki pendapatan jutaan rupiah per bulan, di atas rata-rata gaji pegawai. Bahkan banyak yang dalam hitungan puluhan bahkan ratusan juta per bulan.

Kita bandingkan dengan data dunia yang paling umum, yaitu data pegawai :

1. Hanya ada 1 orang manager yang memimpin sekelompok pegawai. Sebelum manager ini keluar, dipecat atau meninggal, bawahannya tidak bisa menggantikannya. Inilah sistem piramid perusahaan yang diterima semua orang. (DBS yang bukan piramid malah dianggap piramid. Anda bisa naik peringkat menyamai atau bahkan melebihi upline anda.)
2. Lebih dari 90% pegawai tidak pernah merasakan naik pangkat. Lebih dari 80% distributor aktif di DBS sudah pernah naik peringkat.
3. Yang pernah naik pangkat, lebih dari 95% tidak pernah merasakan jabatan direktur.
4. Lebih dari 95% pegawai tidak pernah merasakan penghasilan di atas Rp.10 juta per bulan. Di DBS, angka ini lebih dari 80% distributor aktif Merasakan.
5. Sebuah perusahaan bisa memiliki puluhan ribu pegawai, tetapi hanya bisa memiliki 1 orang CEO (Chief Executive Officer). Di DBS, jumlah peringkat setara Bronze Enterpreneur (atau istilah sejenis) bisa tak terbatas jumlahnya.
6. Seorang CEO terpontang-panting bekerja memenuhi beban kerja yang luar biasa, tidak bisa merasakan hidup enak bersama keluarga (waktunya full untuk perusahaan). Di DBS Seorang Gold Enterpreneur hidup tenang bersama keluarga tanpa beban, pendapatan tetap diterima makin banyak walaupun tidak bekerja.


Bila dibandingkan dengan dunia bisnis konvensional:

1. Hukum Marketing : hanya ada 3 merk teratas yang terus diingat orang. Contoh: untuk mie instan, yang diingat biasanya adalah Supermie, Indomie dan Sarimi. Untuk handphone: Nokia, Ericsson, Motorola. Softdrink cola: Coca-cola, Pepsi Cola, RC Cola. Di DBS, selama anda aktif, nama anda akan terus diingat rekan kerja anda (bahkan crossline sekalipun). Peringkat Bronze qualified ke atas bahkan hampir tidak pernah dilupakan.
2. Lebih dari 90% toko tidak pernah berkembang. Di DBS, minimal 50% distributor aktif sudah mencapai peringkat setara Manager atau lebih

Bisa kita lihat, bahwa bisnis DBS tetap masih lebih mudah untuk dijalankan bila mengikuti sistem yang diberikan, dan jangan pernah meragukan potensi bisnis DBS

Statistik MLM Indonesia


IndoBanner Exchanges